KATALOG STIKER NAMA

Beberapa contoh stiker nama yang dibuat di justhoney.art:






silakan bagi yang berminat untuk memesan stiker nama bisa langsung PM ke hanifailayya@gmail.com atau PIN BB: 74EB07B9
kami tunggu... :)

KARTU NAMA

salah satu contoh kartu nama karya justhoney.art:

ANALISIS BAHASA: GENERATIF TRANSFORMATIF


A.    Pendahuluan
Manusia dianugerahi bahasa sebagai pembeda dari makhluk Tuhan lainnya. kemampuan berbahasa ini telah dimiliki sejak manusia memulai masa kanak-kanaknya. Meskipun bahasa yang terdapat diseluruh dunia berbeda-beda, namun manusia  akan mampu membentuk bahasanya sendiri. Dengan kemampuan inilah manusia menciptakan kreatifitas yang tidak terbatas untuk membentuk berbagai bahasa. Kreatifitas bahasa ini melahirkan sejumlah kaidah-kaidah yang menjadi dasar dalam menentukan bahasa yang logis atau tidak dengan mengaitkannya antara susunan kalimat (gramatika) dan logika (otak).
Terkait dengan pembahasan yang lalu tentang teori strukturalis yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussurre yang berpendapat bahwa kegiatan berbahasa manusia erat kaitannya dengan konsep behaviorisme, pembahasan tata bahasa generatif trasnformatif (atau yang biasa disebut dengan istilah TGT) ini merupakan sebuah reaksi terhadap apa yang dicetuskan oleh Ferdinand de Saussurre tersebut. Noam Chomsky sebagai pengusung aliran TGT ini melihat bahwa bahasa bukanlah terbentuk karena lingkungan di sekitarnya sebagaimana yang dipahami oleh pemilik paham behaviorisme. Chomsky menyatakan bahwa bahasa manusia merupakan anugerah dari Tuhan yang dengan sendirinya manusia akan dapat menggunakan anugerah tersebut.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas secara singkat tentang tata bahasa generatif transformatif yang digagas oleh Noam Chomsky. Pembahasan akan dimulai dengan memperkenalkan pandangan Chomsky tentang TGT kemudian pembahasan komponen TGT, kaidah TGT dalam bahasa Arab, contoh aplikasinya, dan keunggulan dan kelemahan dari teori ini.

B.     Pandangan Chomsky tentang Tata bahasa Generatif Transformatif
Avram Noam Chomsky (lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember 1928) adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts. Ayahnya dikenal dikenal sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani, yang disebut harian New York Times sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani terkemuka yang menulis sejumlah karya gramatika bahasa itu. Pada usia 12 tahun, Chomsky sudah membaca salah satu karya berat ayahnya tentang tata bahasa Ibrani abad ke-13. Selain memperkenalkan bahasa dan warisan budaya leluhurnya, Yahudi, ayah Chomsky juga memperkenalkan tradisi intelektual yang kelak melekat dalam diri Chomsky. Sementara ayahnya mewarisi tradisi kebebasan intelektual, ibunya yang memiliki kecenderungan kekiri-kirian (antikemapanan) yang menekankan pentingnya keseimbangan untuk bertindak sebagai pemikir sekaligus aktivis.[1]
Dalam buku Aspect of the Theory of Syntax, karya Noam Chomsky, terdapat tiga asumsi dan hipotesisnya yang menjadi dasar tata bahasa generatif. Ketiga asumsi itu adalah[2]:
1.      Perbedaan antara competence dan performance, antara data warisan serta pengetahuan bahasa dan kemampuan berbahasa.
2.      Pembedaan antara deep structure dan surface structure. Pembedaan ini menghasilkan operasi tata bahasa yang didasarkan kepada tiga komponen: komponen sintaksis, komponen fonologis, dan komponen semantik.
3.      Aspek kreatif bahasa atau dikatakan pula sifat dinamis bahasa.
Perbedaan antara competence dan performance, antara data warisan serta pengetahuan bahasa dan kemampuan berbahasa dapat dilihat dalam pemerolehan bahasa pada anak-anak. Setiap anak menurut Chomsky mempunyai satu sistem terwaris yang cocok untuk bahasa dan semua bahasa yang mungkin ditagkap olehnya. Penangkapan bahasa ini juga dipengaruhi oleh pewarisan bahasa dari orang tuanya dan lingkungannya. Dalam proses berbahasa dengan kemampuan yang telah diwariskan ini, Chomsky menyebutnya sebagai competence.
Jadi, yang dimaksud dengan competence ini merupakan kemampuan bahasa yang diwariskan oleh orang tua atau lingkungannya dan dikemudikan oleh sebuah alat di dalam otak yang dilengkapi dengan satu peralatan konsep struktur bahasa yang besifat universal. Alat ini dikenal dengan Language Acqusition Device (LAD) yang dengan bahasa Arab dikenal dengan istilah Wasilah iktisab Al-Lughoh.[3] Sehingga dapat diketahui bahwa competence ini merupakan bahasa yang masih ada di dalam pemikiran setiap manusia dan belum terbentuk dalam gramatika.
Sedangkan performance adalah pengaktualisasian secara kongkret dari konsep yang ada dalam pemikiran manusia atau dengan kata lain, perwujudan dari competence. Akan tetapi di sini masih dipertanyakan apakah benar performance ini merupakan pengejawantahan dari competence seutuhya atau bukan, karena dalam tindak berbahasa terjadi sebuah perubahan dengan sangat cepat, baik dengan adanya penambahan, pengurangan atau sejenisnya dalam waktu yang singkat.[4] Performance inilah yang menjadi objek penelitian bahasa deskriptif, karena yang diteliti adalah bentuk ujaran kongkret suatu bahasa. Akan tetapi dalam analisis TGT, peneliti bahasa mempertimbangkan hubungan ujaran kongkret ini dengan competence yang masih berupa konsep dalam pikiran. Pembentukan performance ini juga dipengaruhi oleh pelbagai situasi mental dan lingkungan real atau yang disebut sebagai ekstralinguistik.
Dalam hubungan dengan perbedaan competence dan performance ini, timbul perbedaan pula antara bahasa gramatikal dengan acceptable (bahasa yang mudah diterima).[5] Istilah diterima ini dimaksudkan untuk bahasa atau kalimat yang memang mudah dipahami tanpa harus menganalisisnya. Bisa jadi bahasa ini  tidak sesuai dengan gramatikalnya tetapi baik pembicara maupun pendengar memiliki pemahaman yang sama terhadap bahasa yang diungkapkan. Hal ini dapat dipahami dengan contoh sebagai berikut:
1.      موسى جاء أخوه
سُرق أبي ماله
2.      جاء أجو موسى
سُرق مال أبي
Kalimat pada point pertama lebih acceptable, sedangkan kalimat pada point kedua lebih gramatikal.

C.    Komponen TGT
Analisis TGT ini bertugas mengungkapkan kemampuan untuk memahami sebanyak mungkin kalimat. Dari banyaknya kalimat ini maka akan terbentuk beberapa sistem kaidah yang dapat dianalisis dalam tiga komponen tata bahasa generatif, yaitu[6]:
1.      Komponen sintaksis: mencirikan dan menggambarkan sejumlah tak terbatas struktur terabstrak, yang saling berkaitan antara satu pembentuk kata dengan yang lainnya dalam suatu kalimat dan seterusnya.
2.      Komponen fonologis: menentukan bentuk fonetik dari sebuah kalimat yang dibangkitkan oleh kaidah sintaksis. Ia menghubungkan antara struktur yang terbangun secara sintaksis dalam pemikiran seseorang dengan pengungkapan bahasa yang tercermin secara fonetis.
3.      Komponen semantik: menentukan interpretasi semantik dari sebuah kalimat. Komponen ini tidak mungkin ada tanpa adanya komponen sintaksis dan komponen fonologis.
Pembedaan antara deep structure dan surface structure yang dilakukan oleh Chomsky meletakkan dasar hubungan yang kuat antara bahasa dengan logika. Dalam struktur sebuah bahasa harus mencirikan adanya komponen sintaksis yang dibedakan menjadi struktur dalam (deep structure/البنية العميقة) dan struktur luar (surface structure/ البنية السطحية ). Struktur dalam berupa susunan abstrak dalam sebuah pemikiran/ide yang dapat diwakilkan oleh bentuk yang jelas dalam susunan kalimat. Struktur dalam ini menentukan interpretasi fonetik yang dilakukan melalui komponen fonologi. Komponen sintaksis harus berusaha menggabungkan antara struktur dalam dan struktur luar dari sebuah ungkapan bahasa. Inilah yang disebut dengan asumsi transformatif. Struktur luar yakni struktur susunan kalimat yang lebih dekat dengan penuturan pembicara atau pendengar.
JD. Parrera menggambarkan secara singkat penataan TGT dalam diagram berikut[7]:






Michel Zakariya memberi gambaran sebagai berikut[8]:









D.    Kaidah TGT dalam bahasa Arab
1.      kaidah generatif (القاعدة التوليدية)
kaidah generatif ini berbentuk seperti kaidah biasa dalam tulisan baku yang menunjukkan pada unsur-unsur tertentu dalam sebuah kalimat. Di antara kaidah tersebut:
v     ركن فعلى: فعل + ركن اسم + ركن اسم
(فاعل)  (مفعول به)
v     ركن اسمى: تعريف + اسم
2.      kaidah transformatif (القاعدة التحويلية)
kaidah transformatif berarti bahwa dalam setiap wacana terdapat kalimat-kalimat yang memiliki hubungan di antara satu dengan yang lainnya dengan sangat jelas. Kita tidak dapat menganalisis hubungan tersebut jika hanya dilihat dari unsur-unsur pembentuknya saja. Seperti contoh:
يبدو أن كلفة الحياة مرتفعة
تبدو كلفة الحياة مرتفعة
كلفة الحياة تبدو مرتفعة
Ketiga kalimat ini merupakan bentuk transformatif dari deep structure berupa يبدو – مرتفعة – كلفة الحياة .[9]
E.     Pola-pola Transformatif
Pola-pola transformatif itu dapat dikembangkan melalui[10]:
1.      Penghilangan/Delasi (الحذف  )
seperti lafaz: كتب أحمد درسا جديدا  menjadi  كتب أحمد درسا


2.      Penggantian (التأويل/الإحلال  )
seperti lafaz:  الله سميع عليمpredikatnya ditempati kata lain, sehingga menjadi: الله غفور رحيم
3.      Perluasan (الإتساع) seperti perluasan dengan sifat atau idhafah:
الجامعة مشهورة menjadi الجامعة الكبيرة المشهورة
الباب مفتوح  menjadi باب الفصل مفتوح
4.      Penyingkatan/reduction (الاختصار):
رئيس القرية جديد  menjadi الرئيس جديد
5.      Penambahan/additional (الزيادة) yakni penambahan unsur baru dalam kalimat dengan struktur athfi seperti:
الطالب نشيط  menjadi الطالب والمدرس نشيطان
6.     Pengulangan urutan/permutation (اعادة التدريب) misalnya dengan merubah jumlah ismiyah menjadi jumlah fi’liyah atau sebaliknya. Seperti:
يحضر الطالب  menjadi الطلاب يحضرون
F.     Keunggulan dan Kelemahan
Dari setiap teori bahasa yang ada, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi antara teori yang satu dengan yang lainnya. Dalam tata bahasa generatif transformatif ini pula terdapat keunggulan berupa:
1.      TGT merupakan suatu teori yang dapat mengukur kecerdasan berbahasa seseorang.
2.      TGT membantu mempermudah pengajaran bahasa baik tullis maupun lisan.
3.      Dalam teori ini, manusia dinilai sangat berjasa dalam memunculkan kaidah-kaidah bahasa yang beragam dan sangat mengapresiasi kreatifitas manusia.
Adapun kelemahan dari teori ini adalah alat ukur tidak begitu jelas, sehingga hanya dapat dinilai oleh rasa bahasa seseorang.



G.    Penutup
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian tata bahasa generatif transformatif ini merupakan sebuah reaksi dari teori struktural yang memandang aktifitas bahasa manusia secara deskriptif saja. Padahal, menurut Chomsky, kemampuan bahasa manusia sudah ada sejak lahir sebagai innate yang dapat menjadi pembeda di antara makhluk Tuhan lainnya. Teori ini berbeda dengan teori strukturalis yang mendapat pengaruh dari paham behaviourisme sedangkan analisis TGT ini mendapat pengaruh dari psikologi dan logika. Analisis TGT menjadi kajian murni dari bahasa. Tiga asumsi utama dalam TGT ini, yaitu Competence dan performance, Deep structure dan surface structure, dan Kreatifitas bahasa.


REFERENSI
Ahmad Muchtar Umar. Muhadharat fi ‘ilm Al-Lughah Al-Haditsah. ‘Alam Al-Kutub: Kairo, 1995.
JD. Parera. Kajian Linguistik Umum: Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Penerbit Erlangga: Jakarta, 1991.
Michael Zakariya. Al-alsuniyah Al-taulidiyah wa Al-tahwiliyah wa Qawaid Al-lughah Al-‘arab:al- jumlah Al-basithah. Al-Muassasah Al-Jami’ah li Al-Dirasat wa Al-Nasyr wa AL-Tauzi’: Beirut, 1986.




[2] JD. Parera, Kajian Linguistik Umum: Historis Komparatif dan Tipologi Struktural (Penerbit Erlangga: Jakarta, 1991), 82.
[4] JD. Parera, Kajian Linguistik Umum: Historis Komparatif dan Tipologi Struktural, 83.
[5] Ibid, 84.
[6] Ibid, 85. Lihat juga Michael Zakariya, Al-alsuniyah Al-taulidiyah wa Al-tahwiliyah wa Qawaid Al-lughah Al-‘arab:al- jumlah Al-basithah (Al-Muassasah Al-Jami’ah li Al-Dirasat wa Al-Nasyr wa AL-Tauzi’: Beirut, 1986), 15-16.
[7] Ibid, 86.
[8] Michael Zakariya, Al-alsuniyah Al-taulidiyah wa Al-tahwiliyah, 17.
[9] Michael Zakariya, Al-alsuniyah Al-taulidiyah wa Al-tahwiliyah, 14.

نزول القرآن وأسباب النزول


إذا درسنا القرآن الكريم سنجد فيه آيات تُعبَّر فيها مادة "الإنزال" واقترن معها ذكر شرف ذلك الكتاب المنزَّل وعلو منزِّله كما فى قوله "وَبِالْحَقِّ أَنْزَلْنَاهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَ وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (الإسراء: 105)" وقوله "... وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ (النحل: 89)" وقوله " حم *تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ*غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ (غافر: 1-3)" لا تقع هذه الحال إلا فيها عبرة لكي نعلم أن القرآن الذي أُنزل على محمد هو الحق من ربه وينزَّل للناس تنزيلا متدرّجا وليكون هدى بما وقع فيهم من الأحوال الدنياوية والأخراوية. وقد اختار الله لإنزال كتابه الوقت الذي جاء وصفُه فى قوله تعالى " إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (الدخان: 3)" وقوله "إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (القدر: 1)" وقوله "شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ ...( البقرة: 185)" يدلّ ذلك على أن القرآن ينزل فى ليلة، فالليلة التي أنزل فيها القرآن الكريم ليلة مباركة، وهي ليلة القدر، وهي خير من ألف شهر، وهي في شهر رمضان وهو الشهر الكريم المبارك.[1]
انطلاقا من هذه الفكرة، نعلم أنّ القرآن هو هدى وتبيان وورحمة وبشرى للمسلمين الذين يتدبّروه ويعملون بما فيه من الأوامر والنواهى. إذا نظرنا الأيات السابقة هناك كلمات تدل على تعبير إنزال القرآن وهي "نزل" و"نزّل" و"أنزل". توجد هذه الكلمات فى كثير من الأيات القرآن، أشار ذلك إلى أنّ فهم القرآن يرتبط بفهم إنزاله. ولكن ليس لكل أية من أيات القرآن سببَ نزولها ونلاحظ هنا أنّ أسباب النزول هي للأحكام ولتفصيل الكتاب، وليس للقرآن أسباب النزول.[2] لأنّ القرآن، كما قال محمد شحرور، فيه قوانين الوجود وقوانين التاريخ كما يُعرف بتاريخ التشريع، ونستنتج بالضرورة أنّ له وجودا مسبقا عن التنزيل لما قاله تعالى " بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ*فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ (البروج: 21-22)"
إذاً لا بد علينا أن نعرف معنى نزول القرآن وأسباب النزول، لأنّ العلم بنزول القرآن أساس للإيمان بالقرآن وأساس للتصديق بنبوة الرسول صلى الله عليه وسلم وأن الإسلام حق وهو أصل لسائر المباحث الآتية بعدُ فى علوم القرآن.[3] ولذلك سنبحث فى هذه المقالة عن نزول القرآن وأسباب النزول.
ولكن قبل نبحث فى نزول القرآن ينبغى علينا أن نفهم عن ما نزل الله على عبده من الوحي. وهاهنا البحث:
*    معنى الوحي وكيفية إلقائه
معنى الوحي: الإشارة السريعة وذلك يكون بالكلام على سبيل الرمز والتعريض، وقد يكون بصوت مجرد وبإشارة ببعض الجوارح. والوحي مصدر، ومادة الكلمة تدل على معنيين أصليين، هما الخفاء والسرعة. ولذا قيل معناه: الإعلام الخفي السريع الخاص بمن يوجه إليه بحيث يخفى على غيره. وهذا معنى المصدر يطلق ويراد به الموحى أي بمعنى اسم المفعول. ولم يبتعد عن المعنى الأصلى لمادة الوحي والإيحاء، فمنه:
1.     الإلهام الفطرى للأنسان كما فى قوله: وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ ...(القصص: ٧)
2.  الإلهام الغريزى للحيوان كما فى قوله: وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (النحل: ٦٨)
3.  الإشارة السريعة على سبيل الرمز والإيحاء كإيحاء زكريا فيما حكاه القرآن عنه: فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا (مريم: ١١)
4.  وسواس الشيطان وتزيينه خواطر الشر للإنسان كما فى قوله: وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ (الأنعام: ١١٢)
5.  وما يلقيه الله إلى ملائكته من أمر ليفعلوه كما فى قوله: إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا (الأنفال: ١٢)
أما تعبير عما يكلف الله الملك لحمل القرآن إلى النبي فمنه قوله تعالى: فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى (النجم: ١٠) والمراد هو أن الله أوحى إلى عبده جبريل ملك الوحى الأمين، ما أوحاه (أي: القرآن) إلى محمد صلى الله عليه وسلم. ومدلول الوحي إذن فى هذه الآية مدلول التنزيل الصريح فى الآية الأخرى وهي وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ *نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ *عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ *بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (الشعراء: 192-١٩٥).[4] وذهب العلماء فى كيفية وحي الله تعالى إلى جبريل بالقرآن: أن جبريل تلقّفه سماعا من الله بلفظه المخصوص. بالنسبة إلى آية وَإِنَّكَ لَتُلَقَّى الْقُرْآنَ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ عَلِيمٍ (النمل: ٦) ولذلك القرآن هو كلام الله بألفاظه ومعناه لا كلام جبريل أو محمد.[5]
*    نزول القرآن
§        معنى نزول القرآن
النزول مصدر من نزل- يَنزِل فى استعمال اللغة يطلق ويراد به الحلول فى مكان والأوي به. كما قال العرب: "نزل الأمير المدينة". والمتعدّى منه هو الإنزال من أنزل- يُنزِل، يكون معناه إحلال الغير فى مكان وإيواءه كما قال الله تعالى: "وَقُلْ رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ (الإسراء: 29)". ويطلق النزول إطلاقا آخر فى اللغة على احدار الشيء من علو إلى سفل مثل: "نزل فلان من الجبل" والمتعدى منه يكون معناه تحريك الشيء من علو إلى سفل كما فى قوله تعالى " أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً... (الحج: 63)"
ونعلم أن القرآن ليس جسما حسّيا حتى يحُلّ فى مكان أو ينحدر من علو إلى سفل. وإنما القرآن –كما عرفنا قبل التدوين- هو الكلمات الغيبية المنطوقية. إذاً فالنزول فى هذا البحث له المعنى المجازى وليس المعنى الحقيقى كما أنزل شيء مجنس من علو إلى سفل. فالإنزال القرآن بمعنى الإعلام به بواسطة ما يدل عليه من النقوش بالنسبة لإنزاله فى اللوح المحفوط وفى بيت العزة من السماء الدنيا، وبواسطة ما يدل عليه من الألفاظ الحقيقة بالنسبة لإنزاله على قلب النبي. والعلاقة بين المعنى الحقيقى والمعنى المجازى هي اللزوم، لأن إنزال شيء إلى شيء يستلزم إعلام مَن أنزل إليه ذلك الشيء به إن كان عاقلا.[6]
وقال محمد شهرور أن إنزال القرآن هو دفعة واحدة والذي جاء إلينا هو هذه الصياغة اللسانية بطريقة صوتية "الذكر" لا بطريقة خطية. كما فى قوله تعالى: "إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ *فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ *لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ *تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (الواقعة: 77-٨٠) قال عن القرآن إنه فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ والمكنون هو المخبأ، ثم بعد ذلك قال تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ. فالآية هنا تعنى القرآن الأصل الموجود فى الكتاب المكنون والذي أخذت صورة عنه مترجمة إلى العربية "الجعل والإنزال". ثم جاء هذه الصورة إلينا عن طريق جبريل "التنزيل" منطوقةً لا مخطوطةً.[7]
§        ما أنزل به جبريل على محمد؟
قبل كل شيء ينبغى علينا أن نفهم الآيات الآتية:
1.  وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ (الشورى: ٥١)
2.  إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُدَ زَبُورًا (النساء: ١٦٤)
3.    وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى *مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى *وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى *إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (النجم: 1-٤)
4.  وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الإيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (الشورى: ٥٢)
نفهم من الآية الأولى (1) أن الله تعالى لايكلم الناس إلا من هذه الطرق الثالثة، وهي بالوحي، ومن وراء الحجاب، ومن رسول. وأما الوحي فهو الإعلام الخفى السريع كما قد سبق البحث. وكانت ظاهرة الوحي متماثلة عند الجميع لأن مصدرها واحد وغايتها واحدة كما شرح الله فى الآية الثانية (2). لذلك ما نزل على قلب محمد من القرآن هو الوحي كما أُوحي إلى النبيين من قبله وأكّدت على ذلك الآية الثالثة (3). إذاً ما شكل القرآن الذي نزل به جبريل؟ والجواب يكون فى الآية الرابعة (4) يعنى أن القرآن هو روح—فى لوح محفوظ— الذي أنزله الله إلينا نورا ليهدي به مَن يشاء من عنده. وأما الروح فهو من أمر ربنا، لا يعلمه إلا هو.
§        تنزلات القرآن
شرّف الله هذا القرآن بأن جعل له ثلالة تنزلات وهي:[8]

أ‌.       التنزل الأول إلى لوح المحفوظ
دليله " بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ*فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ (البروج: 21-22)" وكان هذا الوجود لا يعلمه إلا الله. وحكمة هذه النزول ترجع إلى الحكمة العامة من وجود اللوح نفسه، وإقامته سجلّا جامعا لكل ما قضى الله وقدّر، ولا ريب أن الإيمان به يُقوّي إيمان العبد ورضاه بربه من هذه النواحى كما قال سبحانه وتعالى " مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ*لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (البروج: 22-23)"
ب‌.   التنزل الثانى إلى بيت العزة فى السماء الدنيا
والدليل عليه قوله تعالى: "إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (الدخان: 3)" وقوله "إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (القدر: 1)" وقوله "شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ ...( البقرة: 185)". دلّت هذه الآيات أنّ القرآن أُنزل فى ليلة واحدة. تُوصف بأنها مباركة كما فى سورة الدخان وهي ليلة القدر كما فى سورة القدر وهي فى شهر رمضان كما فى سورة البقرة. لا ينزل القرآن فى هذا النزول إلى محمد، ولكن كما يقوم عليه الدليل من الأخبار الصحيحة أنه فى البيت العزّة من السماء الدنيا، ومنها: أخرج البسائى والحاكم والبيهقى من طريق داود بن أبى هند عن عكرمة عن ابن عباس أنه قال: "أنزل القرآن جملة واحدة إلى السماء الدنيا ليلة القدر، ثم أنزل بعد ذلك فى عشر سنة". والحكمة من هذا النزول كما قاله السيوطى نقلا عن أبى شامة هي تفخيم أمره (أي القرآن) وأمر من نزل عليه بإعلام سكان السموات السبع أن هذا آخر الكتب المنزلة على خاتم الرسل لأشرف الأمم، وبإنزاله مرتين—جملةً ومفرقًا—بخلاف الكتب السابقة التى قد كانت تنزل جملة مرة واحدة.  

ت‌.   التنزل الثالث على قلب النبى صلى الله عليه وسلم
إن القرآن لا ينزِل علينا مرة واحدة بل بالتدرج كما في قوله تعالى "وقرآنا فرقناه لتقرأه على الناس على مكث ونزّلناه تنزيلا (الإسراء: 106)" قال مناع القطان: يدل التعبير بلفظ التنزيل عون الإنزال على أن المقصود النزول على سبيل التدرج والنتجيم.[9] وكان هذا النزول بواسطة أمين الوحي جبريل يهبط به على قلب محمد صلى الله عليه وسلم ودليله " نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ *عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ* بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (الشعراء: 192-١٩5)"
§        الحكمة من هذه التنزلات
كما ورد فى القرآن " وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا *وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا (الفرقان: 32-٣٣)" فقد نعلم أن الحكمة العظيمة من هذه التنزلات منها:
1.    تثبيت قلب النبي صلى الله عليه وسلم وشرح صدره فى دعوته وواجهه من تحديات خطيرة.
2.    تيسير لحفظ القرآن وفهمه على النبى والمسلمين
3.    معرفة وجه الحكمة الباعثة على تشريع الحكم (كما وقع فى تحريم الخمر).
4.    تخصيص الحكم به عند من يرى أن العبرة بخصوص السبب لا بعموم اللفظ.
5.  أن اللفظ قد يكون عاما ويقوم الدليل على تخصيصه. فإذا عرف السبب قصر التخصيص على ما عدا صورته. إذا لا يمكن معرفة تفسير الأية دون الوقوف على قصتها وبيان نزلها.
6.    مسايرة الحوادث والوقائع والتنبيه عليها فى حينها.
7.    الإرشاد إلى مصدر القرآن، وأنه تنزيل الحكيم الحميد.[10]
§        أوّل ما نزل من القرآن
قد اشتهر أن أول ما نزل من القرآن هو خمس آيات من أول سورة العلق وهي " اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ *خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ *اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ *الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ *عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (العلق: 1-٥). هذه الرواية من عائشة أم المؤمنين ورواها البخارى ومسلم (واللفظ للبخارى) هذا حديث مرفوع.
§        آخر ما نزل من القرآن
وردت علينا الرواية المشهورة بأن آخر ما نزل من القرآن هو أية "... الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا ... (المائدة: ٣)" مع أن هذه الأية نزلت يوم الجمعة فى يوم العرفة فى حجة الوداع سنة العاشر من الهجرة.[11] وإن النبي عاش بعدها أحدا وثمانين يوما. وجاءت الرواية الراجحة من الرواية السابقة وهي أشارت إلى أن آخر ما نزل من القرآن هو " وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ (البقرة: ٢٨١)" بالدليل أن النبى صلى الله عليه وسلم عاش بعدها تسع ليال فقط. قال ابن جرير فى تفسير الآية الثالثة من سورة المائدة: "الأولى أن يُتأول على أنه أكمل لهم دينهم بإقرارهم بالبلد الحرام وإجلاء المشركين عنه، حتى حجه المسلمون لا يخالطهم المشركون" كما ورد فى سورة براءة عن النفى للمشركين عن البيت، فحج المسلمون لا يشركهم فى البيت الحرام أحد من المشركين. فكان ذلك تمام النعمة "وأتممت عليكم نعمتي". وأما السورة الآخيرة التى نزلت هو السورة التوبة.[12]
*      أسباب النزول
قد وضح فى البيان السابق أن القرآن قسمان قسم نزل من الله ابتداء غير مرتبط بسبب من الأسباب الخاصة، وإنما هو لمحض هداية الخلق إلى الحق الذي أنزل الله إلى البيت العزة، وقسم نزل مرتبط بسبب من الأسباب الخاصة. ونبحث الآن فى أسباب نزول آيات القرآن غير أنا لا نريد أن نستعرض جيع الآيات التي جاءت على الأسباب.
§        معنى أسباب النزول
كما قاله الزرقانى عن تعريف سبب النزول هو ما نزلت الآية أو الآيات متحدثةً عنه أو مبينةً لحكمه أيام وقوعه. والمعنى أنه حادثة وقعت فى زمن النبي صلى الله عليه وسلم أو سؤال وُجّه عليه، فنزلت الآية أو الآيات من الله تعالى ببيان ما يَتّصل بتلك الحادثة أو جواب هذا السؤال.[13] وذهب صبحى الصالح إلى أن سبب النزول هو قصة تستمدّ من الواقع عرصها وحلّها، وعقدتها وحبكتها، وأشخاصها وأحداثها، وبالغرض لجعل آيات القرآن تُتلى فى كل زمان ومكان بشغف ووَلوع.[14] نعلم الآن أن أسباب النزول هي القصة الخلفية عند نزول آية أو آيات من القرأن الكريم التي اعتمدنا عليها لنفهم ما تريد به الآية.
إن كلمة "أيام وقوعه" فى تعريف سبب النزول قيدٌ لا بد منه للاحتراز عن الآتة أو الآيات التي تنزل ابتداء بلا سبب خاص، بينما هي تتحدث عن بعض الوقائع والأحوال الماضية كبعض قصص الأنبياء السابقين وأممهم وكالحديث عن الساعة وما يتصل بها وهو كثير فى القرآن.[15]
§        فوائد معرفة أسباب النزول
ومن الآيات ما نزل بعد أسباب خاصة، ومنها ما نزل على ضوء السبب العام لحكمة يعلمها الحكيم الخبير. ومن الفوائد من معرفة أسباب النزول الأهمية هي كما يلى:
1.  بيان الحكمة التى دعت إلى تشريع حكم من الأحكام، وإدراك مراعاة الشرع للمصالح العامة فى علاج الحوادث رحمة بالأمة.
2.  تخصيص حكم ما نزل إن كان بصيغة العموم بالسبب عند من يرى أن العبرة بخصوص السبب لا بعموم اللفظ. مثل: "يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ..." فإن سبب نزولها أن قوما أرادوا الخروج للجهاد، فمنعهم أزواجهم وأولادهم، فأنزل الله تعالى هذه الآية ثم أنزل فى بقيتها ما يدلّ على الرحمة وترك المؤاخذة. "...وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (التغابن: ١٤)"[16]
3.  إذا كان لفظ ما نزل عاما وورد دليل على تخصيصه فمعرفة السبب تقصر التخصيص على ما عدا صورته. كما فى الآية التي يذكر فيها أن لعنة الله على القاذف حتى يوم القيامة ولا توبة له، وهي: إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ *يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (النور: 23-٢٤) مع أن هذه الآية نزلت فى عائشة خاصة أو سائر أزواج النبي صلى الله عليه وسلم فقط يخالف الآية: وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ *إِلا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (النور:4-٥) فالقاذف فى هذه الآية له توبة إذا تاب وأصلح بعد ذلك.
4.  معرفة سبب النزول خير سبيل لفهم معانى القرآن وكشف الغموض الذي يكتنف بعض الآيات فى تفسيرها ما لم يعرف سبب نزولها.
§        طريق معرفة أسباب النزول
طريق معرفة سبب النزول هو النقل الصحيح عن الصحابة الذين عاصروا النزول، ووقفوا على الواقع والملابسات، ولا مجال للعقل فيه إلا بالترجيح بين الروايات أو الجمع بينها فيما ظهره التعارض منها. وعلى هذا، فإن روى سبب النزول صحابى فهو مقبول، لأن قول الصحابى له حكم الحديث المرفوع فيما لا مجال للإجتهاد فيه. [17]
1.  إذا اتفق ما نزل مع السبب فى العموم، أو اتفق معه فى الخصوص، حمل العموم على عمومه والخصوص على خصوصه. والمثال قوله تعالى: " وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ" (البقرة: ٢٢٢). عن أنس قال: "إن اليهود كانوا إذا حاضت المرأة منهم أخرجوها من البيت ولم يؤاكلوها ولم يشاربوها ولم يجامعوها فى البيوت، فسُئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن ذلك، فأنزل الله تلك الآية، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم "جامعوهن فى البيوت واصنعوا كل شيء إلا النكاح" (أخرجه مسلم وأهل السنن وغيرهم)[18]
2.    أما إذا كان السبب خاصا ونزلت الآية بصيغة العموم فقد اختلف الأصوليون:
أ‌.   فذهب الجمهور إلى أن العبرة بعموم اللفظ لابخصوص السبب. فالمثال فى نزول آية وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلا أَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ *وَالْخَامِسَةُ أَنَّ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنَ الْكَاذِبِينَ *وَيَدْرَأُ عَنْهَا الْعَذَابَ أَنْ تَشْهَدَ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ *وَالْخَامِسَةَ أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ (النور: 6-٩) نزلت هذه الآية فى حادثة هلال بن أمية الذي قذف امرأته وليس له أربع شهداء. فيتناول الحكم المأخوذ من هذا اللفظ العام غير حادثة هلال دون احتياج إلى دليل آخر.
ب‌. وذهب غيرهم أن العبرة بخصوص السبب لا بعموم اللفظ، ولا بد من دليل آخر لغيره من الصور كالقياس ونحوه، حتى يبقى لنقل رواية السبب الخاص فائدة ويطابق السبب والمسبب وكما يطابق السؤال والجواب.[19]








المراجع
القرآن الكريم.
الزرقانى، محمد عبد العظيم. مناهل العرفان فى علوم القرآن. دار الكتاب العلمية: بيروت،2010. 
الزركشى، بدر الدين محمد بن عبد الله. البرهان فى علوم القرآن. المكتبة العصرية: بيروت، 2004.
سعيد، محمد رأفت. تاريح نزول القرأن الكريم. دار الوفاء: ، 2002.
السيوطى، جلال الدين. الإتقان فى علوم القرآن. دار الفكر: بيروت.
شحرور، محمد. الكتاب والقرآن: قراءة معاصرة. الأهالى للطباعة والنشر والتوزيع: دمشق،1997.
الصالح، صبحى. مباحث فى علوم القرآن. دار العلم للملايين: بيروت، 1988.
القطان، مناع خليل. مباحث فى علوم القرآن. مؤسسة الرسالة: رياض، 1993.
لاشين، موسى شاهين. اللآلئ الحسان فى علوم القرآن. دار المشروق: مصر، 2002.
النيسابورى، أبى الحسن على بن الحمد الواحدى. أسباب النزول. دار الفكر: بيروت، 1994.




[1]محمد رأفت سعيد، تاريح نزول القرأن الكريم (دار الوفاء: ، 2002)، ص. 34-38.
[2]محمد شحرور، الكتاب والقرآن: قراءة معاصرة (الأهالى للطباعة والنشر والتوزيع: دمشق،1997)، ص. 92.
[3] محمد عبد العظيم الزرقانى، مناهل العرفان فى علوم القرآن (دار الكتاب العلمية: بيروت،2010)، ص. 29.
[4] صبحى الصالح، مباحث فى علوم القرآن (دار العلم للملايين: بيروت، 1988)، ص. 24.
[5]مناع خليل القطان، مباحث فى علوم القرآن (مؤسسة الرسالة: رياض، 1993)، ص. 34-36.
[6] محمد عبد العظيم الزرقانى، مناهل العرفان، ص. 30.
[7] محمد شهرور، الكتاب والقرآن :قراءة معاصرة، ص. 155-156.
[8] الزرقانى، مناهل العرفان فى علوم القرآن، ص. 45-47.
[9] مناع خليل القطان، مباحث فى علوم القرآن، ص. 105.
[10] جلال الدين السيوطى، الإتقان فى علوم القرآن (دار الفكر: بيروت)، ص. 29 وانظر الزرقانى، مناهل العرفان فى علوم القرآن، ص. 53-62.
[11] أبى الحسن على بن الحمد الواحدى النيسابورى، أسباب النزول (دار الفكر: بيروت، 1994)، ص. 105 وانظر مناهل العرفان، ص. 102.
[12] الزرقانى، مناهل العرفان فى علوم القرآن، ص. 103.
[13] نفس المرجع، ص. 106.
[14] صبحى الصالح، مباحث فى علوم القرآن، ص. 130.
[15] الزرقانى، مناهل العرفان فى علوم القرآن، ص. 108.
[16] بدر الدين محمد بن عبد الله الزركشى، البرهان فى علوم القرآن (المكتبة العصرية: بيروت، 2004)، ص. 37.
[17] موسى شاهين لاشين، اللآلئ الحسان فى علوم القرآن (دار المشروق: مصر، 2002)، ص. 133.
[18]مناع خليل القطان، مباحث فى علوم القرآن، ص. 83.
[19]نفس المرجع، ص. 84.
Copyright © 2013 hanifa ilayya and Blogger Templates - Anime OST.