ANALISIS BAHASA: GENERATIF TRANSFORMATIF


A.    Pendahuluan
Manusia dianugerahi bahasa sebagai pembeda dari makhluk Tuhan lainnya. kemampuan berbahasa ini telah dimiliki sejak manusia memulai masa kanak-kanaknya. Meskipun bahasa yang terdapat diseluruh dunia berbeda-beda, namun manusia  akan mampu membentuk bahasanya sendiri. Dengan kemampuan inilah manusia menciptakan kreatifitas yang tidak terbatas untuk membentuk berbagai bahasa. Kreatifitas bahasa ini melahirkan sejumlah kaidah-kaidah yang menjadi dasar dalam menentukan bahasa yang logis atau tidak dengan mengaitkannya antara susunan kalimat (gramatika) dan logika (otak).
Terkait dengan pembahasan yang lalu tentang teori strukturalis yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussurre yang berpendapat bahwa kegiatan berbahasa manusia erat kaitannya dengan konsep behaviorisme, pembahasan tata bahasa generatif trasnformatif (atau yang biasa disebut dengan istilah TGT) ini merupakan sebuah reaksi terhadap apa yang dicetuskan oleh Ferdinand de Saussurre tersebut. Noam Chomsky sebagai pengusung aliran TGT ini melihat bahwa bahasa bukanlah terbentuk karena lingkungan di sekitarnya sebagaimana yang dipahami oleh pemilik paham behaviorisme. Chomsky menyatakan bahwa bahasa manusia merupakan anugerah dari Tuhan yang dengan sendirinya manusia akan dapat menggunakan anugerah tersebut.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas secara singkat tentang tata bahasa generatif transformatif yang digagas oleh Noam Chomsky. Pembahasan akan dimulai dengan memperkenalkan pandangan Chomsky tentang TGT kemudian pembahasan komponen TGT, kaidah TGT dalam bahasa Arab, contoh aplikasinya, dan keunggulan dan kelemahan dari teori ini.

B.     Pandangan Chomsky tentang Tata bahasa Generatif Transformatif
Avram Noam Chomsky (lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember 1928) adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts. Ayahnya dikenal dikenal sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani, yang disebut harian New York Times sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani terkemuka yang menulis sejumlah karya gramatika bahasa itu. Pada usia 12 tahun, Chomsky sudah membaca salah satu karya berat ayahnya tentang tata bahasa Ibrani abad ke-13. Selain memperkenalkan bahasa dan warisan budaya leluhurnya, Yahudi, ayah Chomsky juga memperkenalkan tradisi intelektual yang kelak melekat dalam diri Chomsky. Sementara ayahnya mewarisi tradisi kebebasan intelektual, ibunya yang memiliki kecenderungan kekiri-kirian (antikemapanan) yang menekankan pentingnya keseimbangan untuk bertindak sebagai pemikir sekaligus aktivis.[1]
Dalam buku Aspect of the Theory of Syntax, karya Noam Chomsky, terdapat tiga asumsi dan hipotesisnya yang menjadi dasar tata bahasa generatif. Ketiga asumsi itu adalah[2]:
1.      Perbedaan antara competence dan performance, antara data warisan serta pengetahuan bahasa dan kemampuan berbahasa.
2.      Pembedaan antara deep structure dan surface structure. Pembedaan ini menghasilkan operasi tata bahasa yang didasarkan kepada tiga komponen: komponen sintaksis, komponen fonologis, dan komponen semantik.
3.      Aspek kreatif bahasa atau dikatakan pula sifat dinamis bahasa.
Perbedaan antara competence dan performance, antara data warisan serta pengetahuan bahasa dan kemampuan berbahasa dapat dilihat dalam pemerolehan bahasa pada anak-anak. Setiap anak menurut Chomsky mempunyai satu sistem terwaris yang cocok untuk bahasa dan semua bahasa yang mungkin ditagkap olehnya. Penangkapan bahasa ini juga dipengaruhi oleh pewarisan bahasa dari orang tuanya dan lingkungannya. Dalam proses berbahasa dengan kemampuan yang telah diwariskan ini, Chomsky menyebutnya sebagai competence.
Jadi, yang dimaksud dengan competence ini merupakan kemampuan bahasa yang diwariskan oleh orang tua atau lingkungannya dan dikemudikan oleh sebuah alat di dalam otak yang dilengkapi dengan satu peralatan konsep struktur bahasa yang besifat universal. Alat ini dikenal dengan Language Acqusition Device (LAD) yang dengan bahasa Arab dikenal dengan istilah Wasilah iktisab Al-Lughoh.[3] Sehingga dapat diketahui bahwa competence ini merupakan bahasa yang masih ada di dalam pemikiran setiap manusia dan belum terbentuk dalam gramatika.
Sedangkan performance adalah pengaktualisasian secara kongkret dari konsep yang ada dalam pemikiran manusia atau dengan kata lain, perwujudan dari competence. Akan tetapi di sini masih dipertanyakan apakah benar performance ini merupakan pengejawantahan dari competence seutuhya atau bukan, karena dalam tindak berbahasa terjadi sebuah perubahan dengan sangat cepat, baik dengan adanya penambahan, pengurangan atau sejenisnya dalam waktu yang singkat.[4] Performance inilah yang menjadi objek penelitian bahasa deskriptif, karena yang diteliti adalah bentuk ujaran kongkret suatu bahasa. Akan tetapi dalam analisis TGT, peneliti bahasa mempertimbangkan hubungan ujaran kongkret ini dengan competence yang masih berupa konsep dalam pikiran. Pembentukan performance ini juga dipengaruhi oleh pelbagai situasi mental dan lingkungan real atau yang disebut sebagai ekstralinguistik.
Dalam hubungan dengan perbedaan competence dan performance ini, timbul perbedaan pula antara bahasa gramatikal dengan acceptable (bahasa yang mudah diterima).[5] Istilah diterima ini dimaksudkan untuk bahasa atau kalimat yang memang mudah dipahami tanpa harus menganalisisnya. Bisa jadi bahasa ini  tidak sesuai dengan gramatikalnya tetapi baik pembicara maupun pendengar memiliki pemahaman yang sama terhadap bahasa yang diungkapkan. Hal ini dapat dipahami dengan contoh sebagai berikut:
1.      موسى جاء أخوه
سُرق أبي ماله
2.      جاء أجو موسى
سُرق مال أبي
Kalimat pada point pertama lebih acceptable, sedangkan kalimat pada point kedua lebih gramatikal.

C.    Komponen TGT
Analisis TGT ini bertugas mengungkapkan kemampuan untuk memahami sebanyak mungkin kalimat. Dari banyaknya kalimat ini maka akan terbentuk beberapa sistem kaidah yang dapat dianalisis dalam tiga komponen tata bahasa generatif, yaitu[6]:
1.      Komponen sintaksis: mencirikan dan menggambarkan sejumlah tak terbatas struktur terabstrak, yang saling berkaitan antara satu pembentuk kata dengan yang lainnya dalam suatu kalimat dan seterusnya.
2.      Komponen fonologis: menentukan bentuk fonetik dari sebuah kalimat yang dibangkitkan oleh kaidah sintaksis. Ia menghubungkan antara struktur yang terbangun secara sintaksis dalam pemikiran seseorang dengan pengungkapan bahasa yang tercermin secara fonetis.
3.      Komponen semantik: menentukan interpretasi semantik dari sebuah kalimat. Komponen ini tidak mungkin ada tanpa adanya komponen sintaksis dan komponen fonologis.
Pembedaan antara deep structure dan surface structure yang dilakukan oleh Chomsky meletakkan dasar hubungan yang kuat antara bahasa dengan logika. Dalam struktur sebuah bahasa harus mencirikan adanya komponen sintaksis yang dibedakan menjadi struktur dalam (deep structure/البنية العميقة) dan struktur luar (surface structure/ البنية السطحية ). Struktur dalam berupa susunan abstrak dalam sebuah pemikiran/ide yang dapat diwakilkan oleh bentuk yang jelas dalam susunan kalimat. Struktur dalam ini menentukan interpretasi fonetik yang dilakukan melalui komponen fonologi. Komponen sintaksis harus berusaha menggabungkan antara struktur dalam dan struktur luar dari sebuah ungkapan bahasa. Inilah yang disebut dengan asumsi transformatif. Struktur luar yakni struktur susunan kalimat yang lebih dekat dengan penuturan pembicara atau pendengar.
JD. Parrera menggambarkan secara singkat penataan TGT dalam diagram berikut[7]:






Michel Zakariya memberi gambaran sebagai berikut[8]:









D.    Kaidah TGT dalam bahasa Arab
1.      kaidah generatif (القاعدة التوليدية)
kaidah generatif ini berbentuk seperti kaidah biasa dalam tulisan baku yang menunjukkan pada unsur-unsur tertentu dalam sebuah kalimat. Di antara kaidah tersebut:
v     ركن فعلى: فعل + ركن اسم + ركن اسم
(فاعل)  (مفعول به)
v     ركن اسمى: تعريف + اسم
2.      kaidah transformatif (القاعدة التحويلية)
kaidah transformatif berarti bahwa dalam setiap wacana terdapat kalimat-kalimat yang memiliki hubungan di antara satu dengan yang lainnya dengan sangat jelas. Kita tidak dapat menganalisis hubungan tersebut jika hanya dilihat dari unsur-unsur pembentuknya saja. Seperti contoh:
يبدو أن كلفة الحياة مرتفعة
تبدو كلفة الحياة مرتفعة
كلفة الحياة تبدو مرتفعة
Ketiga kalimat ini merupakan bentuk transformatif dari deep structure berupa يبدو – مرتفعة – كلفة الحياة .[9]
E.     Pola-pola Transformatif
Pola-pola transformatif itu dapat dikembangkan melalui[10]:
1.      Penghilangan/Delasi (الحذف  )
seperti lafaz: كتب أحمد درسا جديدا  menjadi  كتب أحمد درسا


2.      Penggantian (التأويل/الإحلال  )
seperti lafaz:  الله سميع عليمpredikatnya ditempati kata lain, sehingga menjadi: الله غفور رحيم
3.      Perluasan (الإتساع) seperti perluasan dengan sifat atau idhafah:
الجامعة مشهورة menjadi الجامعة الكبيرة المشهورة
الباب مفتوح  menjadi باب الفصل مفتوح
4.      Penyingkatan/reduction (الاختصار):
رئيس القرية جديد  menjadi الرئيس جديد
5.      Penambahan/additional (الزيادة) yakni penambahan unsur baru dalam kalimat dengan struktur athfi seperti:
الطالب نشيط  menjadi الطالب والمدرس نشيطان
6.     Pengulangan urutan/permutation (اعادة التدريب) misalnya dengan merubah jumlah ismiyah menjadi jumlah fi’liyah atau sebaliknya. Seperti:
يحضر الطالب  menjadi الطلاب يحضرون
F.     Keunggulan dan Kelemahan
Dari setiap teori bahasa yang ada, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi antara teori yang satu dengan yang lainnya. Dalam tata bahasa generatif transformatif ini pula terdapat keunggulan berupa:
1.      TGT merupakan suatu teori yang dapat mengukur kecerdasan berbahasa seseorang.
2.      TGT membantu mempermudah pengajaran bahasa baik tullis maupun lisan.
3.      Dalam teori ini, manusia dinilai sangat berjasa dalam memunculkan kaidah-kaidah bahasa yang beragam dan sangat mengapresiasi kreatifitas manusia.
Adapun kelemahan dari teori ini adalah alat ukur tidak begitu jelas, sehingga hanya dapat dinilai oleh rasa bahasa seseorang.



G.    Penutup
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian tata bahasa generatif transformatif ini merupakan sebuah reaksi dari teori struktural yang memandang aktifitas bahasa manusia secara deskriptif saja. Padahal, menurut Chomsky, kemampuan bahasa manusia sudah ada sejak lahir sebagai innate yang dapat menjadi pembeda di antara makhluk Tuhan lainnya. Teori ini berbeda dengan teori strukturalis yang mendapat pengaruh dari paham behaviourisme sedangkan analisis TGT ini mendapat pengaruh dari psikologi dan logika. Analisis TGT menjadi kajian murni dari bahasa. Tiga asumsi utama dalam TGT ini, yaitu Competence dan performance, Deep structure dan surface structure, dan Kreatifitas bahasa.


REFERENSI
Ahmad Muchtar Umar. Muhadharat fi ‘ilm Al-Lughah Al-Haditsah. ‘Alam Al-Kutub: Kairo, 1995.
JD. Parera. Kajian Linguistik Umum: Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Penerbit Erlangga: Jakarta, 1991.
Michael Zakariya. Al-alsuniyah Al-taulidiyah wa Al-tahwiliyah wa Qawaid Al-lughah Al-‘arab:al- jumlah Al-basithah. Al-Muassasah Al-Jami’ah li Al-Dirasat wa Al-Nasyr wa AL-Tauzi’: Beirut, 1986.




[2] JD. Parera, Kajian Linguistik Umum: Historis Komparatif dan Tipologi Struktural (Penerbit Erlangga: Jakarta, 1991), 82.
[4] JD. Parera, Kajian Linguistik Umum: Historis Komparatif dan Tipologi Struktural, 83.
[5] Ibid, 84.
[6] Ibid, 85. Lihat juga Michael Zakariya, Al-alsuniyah Al-taulidiyah wa Al-tahwiliyah wa Qawaid Al-lughah Al-‘arab:al- jumlah Al-basithah (Al-Muassasah Al-Jami’ah li Al-Dirasat wa Al-Nasyr wa AL-Tauzi’: Beirut, 1986), 15-16.
[7] Ibid, 86.
[8] Michael Zakariya, Al-alsuniyah Al-taulidiyah wa Al-tahwiliyah, 17.
[9] Michael Zakariya, Al-alsuniyah Al-taulidiyah wa Al-tahwiliyah, 14.

0 comments:

Copyright © 2013 hanifa ilayya and Blogger Templates - Anime OST.